Rabu, 30 Juli 2008

BBM Naik, Singkongpun Jadi BBM Alternatif

KARANGANYAR - Selama ini singkong identik hanya dapat dijadikan makanan. Tapi siapa sangka, setelah melalui proses penyulingan singkong ternyata dapat digunakan sebagai pengganti minyak tanah, gas elpiji, dan BBM premium.

Mungkin terdengar aneh, tapi mayoritas warga Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah lebih memilih menggunakan BBM Alternatif ini.

Proses pengolahaan Bio Etanol ini, diawali dengan merebus singkong yang sebelumnya diparut dan selanjutnya ditaruh dalam sebuah tangki ukuran besar. Dalam proses ini, rebusan singkong dicampur enzim alfa amilase dan ragi roti. Setelah mateng, hasilnya diendapkan terlebih dahulu lima hari setelah terjadi fermentasi.

Proses berikutnya, hasil fermentasi selanjutnya disuling hingga menghasilkan tetesan air yang mengandung gas. Hasil inilah yang disebut bio etanol dan bisa digunakan sebagai minyak tanah, elpiji, dan premium.

"Hasil sulingan dapat menghasilkan empat kategori kadar bio etanol, yaitu 0-20 persen, 20-40 persen, 70-80 persen. Kadar bio etanol di atas 90 persen dapat digunakan sebagai BBM Alternatif," papar Sulaiman Budi Sunarto, penemu BBM Alternatif dari singkong, Sabtu (31/5/2008).

Budi menambahkan, dibandingkan dengan harga BBM, harga Bio Etanol lebih murah. Perliter harganya hanya Rp3 ribu. "Alat-alatnya juga sangat murah. Tak lebih dari Rp3 juta," katannya.

Tak heran, apabila kini hampir warga Desa Doplang, Karangpandan, Karanganyar, lebih memilih memasak atau mengisi bahan bakar sepeda motor, menggunakan BBM alternatif yang hargannya lebih murah dibandingkan dengan harga BBM sesungguhnya.

Sumber Energi Arus : Alternatif Pengganti BBM, Ramah Lingkungan, dan Terbarukan

Erwandi (Laboratorium Hidrodinamika Indonesia, BPP Teknologi)

Saat ini sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia berasal dari bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar minyak, gas, dan batu bara.

Kerugian penggunaan bahan bakar fosil ini selain merusak lingkungan, juga tidak terbarukan (nonrenewable) dan tidak berkelanjutan (unsustainable). Bahan bakar fosil semakin habis dan sebentar lagi Indonesia akan menjadi pengimpor BBM.

Beban kerugian yang disangga bangsa Indonesia semakin berkali lipat dengan naiknya harga BBM di pasaran dunia sampai lebih dari 60 dollar AS per barrel. Untuk mengatasi kerugian akibat kenaikan harga BBM tersebut, pemerintah telah melakukan langkah-langkah penghematan dengan cara mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005.

Kebijaksanaan

Untuk mendukung kebijaksanaan pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Berdasarkan tempatnya, ada dua sumber energi alternatif, yakni sumber energi alternatif yang berasal dari daratan dan sumber energi yang berasal dari laut. Untuk Jawa yang padat penduduknya, pembangunan fasilitas pembangkit listrik dengan energi alternatif yang berasal dari daratan kemungkinan akan mengalami kendala peruntukan lahan.

Sebagai negara kepulauan yang besar, laut Indonesia menyediakan sumber energi alternatif yang melimpah. Sumber energi itu meliputi sumber energi yang terbarukan dan tak terbarukan. Selain minyak bumi di lepas pantai dan laut dalam, sumber energi yang tak terbarukan yang berasal dari laut dalam di wilayah Indonesia adalah methane hydrate. Methane hydrate adalah senyawa padat campuran antara gas methan dan air yang terbentuk di laut dalam akibat adanya tekanan hidrostatik yang besar dan suhu yang relatif rendah dan konstan di kedalaman lebih dari 1.000 meter.

Sumber energi yang terbarukan dari laut adalah energi gelombang, energi yang timbul akibat perbedaan suhu antara permukaan air dan dasar laut (ocean thermal energy conversion/OTEC), energi yang disebabkan oleh perbedaan tinggi permukaan air akibat pasang surut dan energi arus laut. Dari keempat energi ini hanya energi gelombang yang tidak dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat karena keberadaan energi gelombang sangat bergantung pada cuaca. Sedangkan OTEC, energi perbedaan tinggi pasang surut serta energi arus laut dapat diprediksi kapasitasnya dengan tepat di atas kertas.

Wilayah Indonesia

Untuk wilayah Indonesia, energi yang punya prospek bagus adalah energi arus laut. Hal ini dikarenakan Indonesia mempunyai banyak pulau dan selat sehingga arus laut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari mengalami percepatan saat melewati selat-selat tersebut. Selain itu, Indonesia adalah tempat pertemuan arus laut yang diakibatkan oleh konstanta pasang surut M2 yang dominan di Samudra Hindia dengan periode sekitar 12 jam dan konstanta pasang surut K1 yang dominan di Samudra Pasifik dengan periode lebih kurang 24 jam. M2 adalah konstanta pasang surut akibat gerak Bulan mengelilingi Bumi, sedangkan K1 adalah konstanta pasang surut yang diakibatkan oleh kecondongan orbit Bulan saat mengelilingi Bumi.

Interaksi Bumi-Bulan diperkirakan menghasilkan daya energi arus pasang surut setiap harinya sebesar 3.17 TW, lebih besar sedikit dari kapasitas pembangkit listrik yang terpasang di seluruh dunia pada tahun 1995 sebesar 2.92 TW (Kantha & Clayson, 2000). Namun, untuk wilayah Indonesia potensi daya energi arus laut tersebut belum dapat diprediksi kapasitasnya.

Keuntungan penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi ini juga mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi terbarukan yang lain. Hal ini disebabkan densitas air laut 830 kali lipat densitas udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan turbin angin. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik pada kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan.

Kekurangan dari energi arus laut adalah output-nya mengikuti grafik sinusoidal sesuai dengan respons pasang surut akibat gerakan interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada saat pasang purnama, kecepatan arus akan deras sekali, saat pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang kira-kira setengah dari pasang purnama. Kekurangan lainnya adalah biaya instalasi dan pemeliharaannya yang cukup besar. Kendati begitu bila turbin arus laut dirancang dengan kondisi pasang perbani, yakni saat di mana kecepatan arus paling kecil, dan dirancang untuk bekerja secara terus-menerus tanpa reparasi selama lima tahun, maka kekurangan ini dapat diminimalkan dan keuntungan ekonomisnya sangat besar. Hal yang terakhir ini merupakan tantangan teknis tersendiri untuk para insinyur dalam desain sistem turbin, sistem roda gigi, dan sistem generator yang dapat bekerja secara terus-menerus selama lebih kurang lima tahun.

Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol 216 A, 2002) lokasi yang ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai kecepatan arus dua arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5 m/s atau lebih. Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s. Kedalaman tidak kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif dekat dengan pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah. Cukup luas sehingga dapat dipasang lebih dari satu turbin dan bukan daerah pelayaran atau penangkapan ikan.

Simulasi numerik

Simulasi numerik potensi daya listrik di beberapa daerah di Indonesia telah dilakukan oleh Laboratorium Hidrodinamika Indonesia BPP Teknologi. Gambar di bawah ini merupakan contoh hasil simulasi potensi daya listrik di selat Bali dan Lombok dengan menggunakan program MEC-Model buatan Research Committee of Marine Environment, The Society of Naval Architects of Japan. Dengan asumsi efisiensi turbin sebesar 0,593 dan menggunakan kecepatan arus rata-rata selama satu periode pasang surut (residual current) untuk tidal constant M2, potensi daya listrik di beberapa tempat di selat Bali pada kedalaman 12 meter, kondisi pasang perbani, dapat mencapai 300 kW bila menggunakan daun turbin dengan diameter 10 meter. Untuk selat Badung dan selat Lombok bagian selatan potensi energinya berkisar 80-90 kW.

Hasil numerik tersebut dapat digunakan sebagai dasar pemilihan lokasi untuk instalasi turbin arus. Hasil ini masih bersifat global dan kasar. Untuk mengetahui karakteristik kecepatan arus secara lebih detail di tempat-tempat terpilih, perlu diadakan survei lapangan atau simulasi numerik detail dengan menggunakan program khusus Full-3D yang juga disediakan oleh MEC-Model program.

Ada dua jenis rotor (daun turbin) untuk konversi energi kinetik, yang pertama adalah jenis rotor yang mirip dengan kincir angin. Tipe ini sering disebut juga dengan turbin dengan poros horizontal. Yang kedua adalah cross-flow rotor atau rotor Darrieus. Ini adalah tipe turbin dengan poros vertikal karena porosnya tegak lurus dengan arah arus. Menurut PL Fraenkel, rotor Darrieus mempunyai beberapa kekurangan, rotor tidak dapat langsung berputar, kalau sudah berputar sulit dihentikan bila ada keadaan darurat, dan butuh ongkos tambah untuk konstruksinya. Untuk mempertinggi efisiensi, kedua tipe rotor ini biasanya ditambahi dengan nozzle, duct, atau venturi untuk mempercepat aliran arus yang masuk ke piringan daun rotor.

Dewasa ini penelitian tentang teknologi konversi arus laut menjadi energi listrik sedang berlangsung sangat gencar. Inggris sudah memasang prototipe skala penuh dengan kapasitas 300 MW di Foreland Point, North Devon, pada Mei 2003. Norwegia juga telah melakukan instalasi di Kvalsundet Hammerfest dengan kapasitas 700 MW. Jepang, dengan menggunakan program MEC-Model, melakukan studi kelayakan pemasangan turbin di Selat Kanmon antara Pulau Honshu dan Kyushu. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia seharusnya mulai meneliti secara intensif potensi energi arus laut ini dan memanfaatkannya untuk menghadapi bencana krisis energi karena masalah kenaikan harga dan langkanya BBM.

Sumber : Kompas (29 Agustus 2005)

BBM Alternatif dari Kelapa

TEMPO Interaktif, Situbondo: Buah kelapa tak hanya diolah menjadi minyak goreng atau santan. Cairan dari buah serbaguna itu ternyata juga bisa menggantikan solar. Bahan bakar minyak dari buah kelapa kini tengah diproduksi di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.

Bahan bakar alternatif itu bisa digunakan oleh masyarakat umum dan merupakan sumber energi bagi alat pertahanan-keamanan milik TNI. PT Incofact Bio-Energy Baluran adalah perusahaan yang memproduksi bahan bakar minyak alternatif itu.

"Teknologi biodiesel dari bahan baku utama buah kelapa semoga akan menjawab kelangkaan bahan bakar minyak solar di Indonesia," kata Wakil Komandan Komando Pendidikan Angkatan Laut Brigadir Jenderal Marinir Slamet Santoso.

Slamet berharap teknologi ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Hal itu disampaikannya seusai penandatanganan kontrak kerja sama PT IBB Situbondo dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Sekolah Teknologi Tinggi Angkatan Laut di Situbondo, Jumat lalu.

Menurut Mohammad Yahya Arif, direktur perusahaan yang berlokasi di Desa Sumberrejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, teknologi PT Indonesia Coconut Factory Bio-Energy Baluran dikelola secara manual. "Kapasitas produksi kami setiap hari hanya sekitar 200 liter solar," katanya.

Untuk sementara, hasil produksi tersebut masih dikonsumsi warga sekitar. Sejak awal 2006, warga menggunakan solar-kelapa itu untuk bahan bakar diesel mesin perahu dan diesel untuk pengairan atau irigasi sawah.

Kelebihan biodiesel asal kelapa ini, selain ramah lingkungan, harganya relatif murah. "Kami membeli Rp 4.000 per liter, lumayan menghemat biaya untuk melaut," tutur Fathur Dasuki, 38 tahun, salah seorang nelayan warga Desa Sumberrejo.

Limbah tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alat pendorong roket. Kelebihan inilah yang membuat teknologi biodiesel dilirik oleh lembaga penelitian milik Angkatan Laut itu.

"Apalagi Indonesia merupakan penghasil buah kelapa, jadi kita bisa langsung memanfaatkan potensi alam itu untuk menghemat energi, terutama untuk menjawab kelangkaan BBM solar," kata Kolonel Laut (E) Yosef Mursyidi, Komandan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Sekolah Teknologi Tinggi Angkatan Laut.

Air Nira Bisa Jadi Alternatif BBM

Ditemukan Hanny Sangian dari Unsrat : Air Nira Bisa Jadi Alternatif BBM
novie waladow

Saat Indonesia mulai mengalami krisis energi untuk bahan bakar, masyarakat dituntut kreatifitasnya mencari energi alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM). Salah satu anak negeri dari Desa Pakuure Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) Sulawesi Utara (Sulut), Hanny sangian MSc berhasi menemukan pengganti BBM dari air nira atau di Sulut dikenal dengan saguer dari pohon seho (enau).

Menurut jebolan Ilmu Fisika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, bahan bakar alternatif yang diciptakan dari air nira ini bisa mengganti minyak tanah sebagai bahan bakar kompor masak dan bensin untuk menggerakkan mesin. �Untuk solar saya sementara kembangkan, saat ini baru minyak tanah dan bensin,� kata Sangian kepada SH di sela-sela penelitiannya di laboratorium fisika Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Rabu (23/8).

Apa dan bagaimana air nira menjadi bahan bakar itu? Berikut penjelasan Sangian ini. Air nira yang dimasak menjadi cap tikus (minuman khas Minahasa dengan kadar alkohol tinggi) dengan kadar 40 persen diproses hingga menjadi ethanol dengan kadar 90 persen. Untuk bahan bakar setara satu liter minyak tanah dapat dihasilkan dari 1,8 liter cap tikus kadar 40 persen,� kata Ketua Laboratorium Fisika Lanjut Unsrat itu.

Menurut perhitungannya, setiap hari rakyat negeri ini membutuhkan sekitar 200 juta liter minyak tanah untuk bahan bakar. Dan jika menggunakan energi alternatif dari air nira, memenuhi kebutuhan 2 juta hektare tanaman pohon enau. Sedangkan jika menggunakan energi dari tanaman singkong atau jagung, perlu 25 juta hektare untuk melayani kebutuhan rakyat Indonesia. Dengan keberhasilan penelitian ini, staf pengajar Ilmu Fisika MIPA Unsrat itu mendapat kesempatan mengikuti pameran Sulut Expo, di Balai Sarbini Jakarta, 31 Agustus 2006 mendatang yang akan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. �Menurut panitia, saya diberi kesempatan mempersentasikan hasil penelitian ini kepada Presiden SBY,� kata Sangian.

Dari hasil penelitian ini juga, Hanny merekomendasikan agar pemerintah memberdayakan sekaligus memperbanyak menaman pohon enau sebagai tanaman penghasil air alternatif bahan bakar. �Makanya hasil ini dipresentasikan di depan presiden karena kebijakan energi ada di pemerintah pusat,� imbuhnya.

Sementara Kepala Biro (Karo) Ekonomi Pemprov Sulut, Gemmy Kawatu mengatakan, kegiatan Sulut di Expo yang rencananya berlangsung 31 Agustus hingga 4 September itu Presiden SBY akan diundang. Hajatan ini dimaksud menjual semua potensi Sulut, mulai agribisnis hingga pariwisata. �Pemprov di sini sebagai fasilitator dana da Event Organizer (EO) yang menggelarnya. Direncanakan ada 160 stand,� kata Kawatu. Menariknya, seluruh pengusaha berdarah Kawanua akan diundang.

Sumber : Sinar Harapan (25 Agustus 2006)